Imajinasi,
Kreativitas, Ide, Belajar, Takut, Gembira, Dsb
Anak-anak pasti suka bermain. Mereka
sangat menikmati waktu bermain sehingga tidak jarang mereka lupa makan, lupa
belajar bahkan tidak mau melakukan aktivitas lainnya jika sedang bermain.
Orangtua pun harus tarik urat dahulu jika menyuruh anaknya berhenti bermain dan
mau mengerjakan pekerjaan rumah (pr) atau belajar.
Hal ini seringkali menyebabkan orangtua
menganggap bahwa anaknya malas belajar dan maunya cuma bermain saja. Dalam
artikel ini akan dibahas mengapa bermain itu dianggap penting
oleh beberapa
ahli perkembangan dan sebatas mana bermain itu bermanfaat bagi perkembangan
anak-anak.
Bermain
Papalia (1995), seorang ahli perkembangan manusia dalam bukunya Human Development, mengatakan bahwa anak berkembang dengan cara bermain. Dunia anak-anak adalah dunia bermain. Dengan bermain anak-anak menggunakan otot tubuhnya, menstimulasi indra-indra tubuhnya, mengeksplorasi dunia sekitarnya, menemukan seperti apa lingkungan yang ia tinggali dan menemukan seperti apa diri mereka sendiri.
Papalia (1995), seorang ahli perkembangan manusia dalam bukunya Human Development, mengatakan bahwa anak berkembang dengan cara bermain. Dunia anak-anak adalah dunia bermain. Dengan bermain anak-anak menggunakan otot tubuhnya, menstimulasi indra-indra tubuhnya, mengeksplorasi dunia sekitarnya, menemukan seperti apa lingkungan yang ia tinggali dan menemukan seperti apa diri mereka sendiri.
Dengan bermain, anak-anak menemukan dan
mempelajari hal-hal atau keahlian baru dan belajar (learn) kapan harus
menggunakan keahlian tersebut, serta memuaskan apa yang menjadi kebutuhannya
(need). Lewat bermain, fisik anak akan terlatih, kemampuan kognitif dan
kemampuan berinteraksi dengan orang lain akan berkembang.
Bermain
tentunya merupakan hal yang berbeda dengan belajar dan bekerja. Menurut Hughes
(1999), seorang ahli perkembangan anak dalam bukunya Children, Play, and
Development, mengatakan harus ada 5 (lima) unsur dalam suatu kegiatan yang
disebut bermain. Kelima unsur tersebut adalah:
Ø Tujuan
bermain adalah permainan itu sendiri dan si pelaku mendapat kepuasan karena
melakukannya (tanpa target), bukan untuk misalnya mendapatkan uang.
Ø Dipilih
secara bebas. Permainan dipilih sendiri, dilakukan atas kehendak sendiri dan
tidak ada yang menyuruh ataupun memaksa.
Ø Menyenangkan
dan dinikmati.
Ø Ada
unsur kayalan dalam kegiatannya.
Ø Dilakukan
secara aktif dan sadar.
Diluar pendapat Hughes, ada ahli-ahli
yang mendefinisikan bermain sebagai apapun kegiatan anak yang dirasakan olehnya
menyenangkan dan dinikmati (pleasurable and enjoyable). Bermain dapat
menggunakan alat (mainan) ataupun tidak. Hanya sekedar berlari-lari keliling di
dalam ruangan, kalau kegiatan tersebut dirasakan menyenagkan oleh anak, maka
kegiatan itupun sudah dapat disebut bermain.
Manfaat
Bermain
Membaca
uraian tentang pentingnya bermain, orangtua mungkin berpikir hal-hal tersebut
di atas bisa didapatkan anak dengan cara belajar (study). Malah dengan belajar
anak bisa pintar, kalau main terus-terusan anak tidak bisa pintar. Pendapat ini
ada benarnya juga, terutama jika kepintaran hanya berhubungan dengan kemampuan
akademik seperti membaca, menulis dan berhitung.
Tapi
dalam kehidupan sehari-hari, kepintaran bukan hanya sekedar membaca, menulis
dan berhitung, dan juga kemampuan akademis bukan satu-satunya hal yang penting
dan dibutuhkan. Ada hal lain yang penting dan dibutuhkan, misalnya kemampuan
berkomunikasi, memahami cara pandang orang lain dan bernegosiasi dengan orang.
Hal-hal tersebut tidak bisa didapatkan hanya dengan belajar. Perasaan senang,
menikmati, bebas memilih dan lepas dari segala beban karena tidak punya target,
juga tidak bisa didapatkan dari kegiatan belajar.
Ketika
bermain, anak berimajinasi dan mengeluarkan ide-ide yang tersimpan di dalam
dirinya. Anak mengekspresikan pengetahuan yang dia miliki tentang dunia dan
kemudian juga sekaligus bisa mendapatkan pengetahuan baru, dan semua dilakukan
dengan cara yang menggembirakan hatinya. Tidak hanya pengetahuan tentang dunia
yang ada dalam pikiran anak yang terekspresikan lewat bermain, tapi juga
hal-hal yang ia rasakan, ketakutan-ketakutan dan kegembiraannya. Orangtua akan
dapat semakin mengenal anak dengan mengamati ketika anak bermain. Bahkan lewat
permain
No comments:
Post a Comment